Enam pasang calon akan maju bertarung memperebutkan posisi Gubernur dan Wakil Gubernur DKI Jakarta 2012-2017. Tiga partai besar di Jakarta tidak membangun koalisi dan mengajukan kadernya masing-masing untuk memperebutkan posisi strategis tersebut.
Partai Demokrat yang sebelumnya mengajak Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan untuk berkoalisi mengusung pasangan Fauzi Bowo-Adang Ruchiatna akhirnya mendaftarkan pasangan Fauzi Bowo-Nachrowi Ramli, Senin (19/3) malam.
Keputusan itu diambil setelah PDI-P mendaftarkan kadernya, Joko Widodo, yang berpasangan dengan Basuki Tjahaja Purnama yang berkoalisi dengan Partai Gerakan Indonesia Raya, sore hari.
Partai Keadilan Sejahtera yang sebelumnya banyak diperkirakan akan berkoalisi dengan Partai Demokrat mengusung duet Fauzi-Triwisaksana pada detik-detik terakhir juga mendaftarkan kadernya, Hidayat Nur Wahid, yang berpasangan dengan Didik J Rachbini.
Dengan demikian, hingga penutupan pendaftaran pukul 24.00, ada enam pasang yang mendaftar dalam Pilkada DKI 11 Juli 2012. Empat pasang dari jalur partai politik dan dua pasang dari jalur perseorangan.
Calon dari parpol lainnya adalah Alex Noerdin-Nono Sampono yang diusung Partai Golkar, Partai Persatuan Pembangunan, dan Partai Damai Sejahtera. Pasangan ini mendaftar hari Minggu.
Sementara itu, dua pasang dari jalur perseorangan adalah pasangan Faisal Basri-Biem Benjamin dan Hendardji Soepandji-A Riza Patria.
Keenam pasang ini apabila nantinya lolos verifikasi akan memperebutkan sekitar 7,5 juta suara pemilih.
Fauzi-Nachrowi
Pencalonan Fauzi-Nachrowi terjadi pada detik-detik terakhir pendaftaran karena dua hari sebelumnya, Sabtu, Ketua Umum Partai Demokrat Anas Urbaningrum menyatakan bahwa keputusan Majelis Tinggi Partai Demokrat mengusung Fauzi Bowo dengan Adang Ruchiatna, anggota DPR dari PDI-P.
Menanggapi perubahan itu, Anas mengatakan bahwa politik itu dinamis dan ada faktor jodoh juga.
Jokowi-Ahok
PDI-P dan Gerindra akhirnya mengusung pasangan Wali Kota Solo Joko Widodo, atau biasa disapa Jokowi, dengan mantan Bupati Belitung Timur Basuki Tjahaja Purnama, biasa disapa Ahok.
Sebelumnya, sempat berkembang juga opsi untuk menduetkan Jokowi dengan aktor kawakan Deddy Mizwar. Namun, keputusan akhir dari kedua partai itu memutuskan Jokowi-Ahok.
”Saya memilih Pak Basuki karena kami sama-sama muda. Kami ingin membawa perubahan dan perbaikan bagi Jakarta,” ujar Jokowi seusai pemberian berkas.
Ketua Dewan Pembina Partai Gerindra Prabowo Subianto juga hadir mendampingi.
Hidayat-Didik
Sekretaris Jenderal PKS Anis Matta mengungkapkan, pasangan Hidayat Nur Wahid-Didik J Rachbini yang diajukan PKS merupakan pasangan yang paling pas. ”PKS percaya bisa memenangi Pilkada DKI karena telah berhasil memenangkan tiga kader seniornya untuk memimpin provinsi, di Jawa Barat, Sumatera Utara, dan Sumatera Barat dengan total populasi sekitar 60 juta penduduk,” ujarnya.
(Clara Wresti/Sri Rejeki/Anita Yossihara/Sonya Hellen Sinombor/Windoro Adi)
Partai Demokrat yang sebelumnya mengajak Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan untuk berkoalisi mengusung pasangan Fauzi Bowo-Adang Ruchiatna akhirnya mendaftarkan pasangan Fauzi Bowo-Nachrowi Ramli, Senin (19/3) malam.
Keputusan itu diambil setelah PDI-P mendaftarkan kadernya, Joko Widodo, yang berpasangan dengan Basuki Tjahaja Purnama yang berkoalisi dengan Partai Gerakan Indonesia Raya, sore hari.
Partai Keadilan Sejahtera yang sebelumnya banyak diperkirakan akan berkoalisi dengan Partai Demokrat mengusung duet Fauzi-Triwisaksana pada detik-detik terakhir juga mendaftarkan kadernya, Hidayat Nur Wahid, yang berpasangan dengan Didik J Rachbini.
Dengan demikian, hingga penutupan pendaftaran pukul 24.00, ada enam pasang yang mendaftar dalam Pilkada DKI 11 Juli 2012. Empat pasang dari jalur partai politik dan dua pasang dari jalur perseorangan.
Calon dari parpol lainnya adalah Alex Noerdin-Nono Sampono yang diusung Partai Golkar, Partai Persatuan Pembangunan, dan Partai Damai Sejahtera. Pasangan ini mendaftar hari Minggu.
Sementara itu, dua pasang dari jalur perseorangan adalah pasangan Faisal Basri-Biem Benjamin dan Hendardji Soepandji-A Riza Patria.
Keenam pasang ini apabila nantinya lolos verifikasi akan memperebutkan sekitar 7,5 juta suara pemilih.
Fauzi-Nachrowi
Pencalonan Fauzi-Nachrowi terjadi pada detik-detik terakhir pendaftaran karena dua hari sebelumnya, Sabtu, Ketua Umum Partai Demokrat Anas Urbaningrum menyatakan bahwa keputusan Majelis Tinggi Partai Demokrat mengusung Fauzi Bowo dengan Adang Ruchiatna, anggota DPR dari PDI-P.
Menanggapi perubahan itu, Anas mengatakan bahwa politik itu dinamis dan ada faktor jodoh juga.
Jokowi-Ahok
PDI-P dan Gerindra akhirnya mengusung pasangan Wali Kota Solo Joko Widodo, atau biasa disapa Jokowi, dengan mantan Bupati Belitung Timur Basuki Tjahaja Purnama, biasa disapa Ahok.
Sebelumnya, sempat berkembang juga opsi untuk menduetkan Jokowi dengan aktor kawakan Deddy Mizwar. Namun, keputusan akhir dari kedua partai itu memutuskan Jokowi-Ahok.
”Saya memilih Pak Basuki karena kami sama-sama muda. Kami ingin membawa perubahan dan perbaikan bagi Jakarta,” ujar Jokowi seusai pemberian berkas.
Ketua Dewan Pembina Partai Gerindra Prabowo Subianto juga hadir mendampingi.
Hidayat-Didik
Sekretaris Jenderal PKS Anis Matta mengungkapkan, pasangan Hidayat Nur Wahid-Didik J Rachbini yang diajukan PKS merupakan pasangan yang paling pas. ”PKS percaya bisa memenangi Pilkada DKI karena telah berhasil memenangkan tiga kader seniornya untuk memimpin provinsi, di Jawa Barat, Sumatera Utara, dan Sumatera Barat dengan total populasi sekitar 60 juta penduduk,” ujarnya.
(Clara Wresti/Sri Rejeki/Anita Yossihara/Sonya Hellen Sinombor/Windoro Adi)
1. Faisal Basri dan Biem Benjamin (Independen)
Faisal Batubara atau lebih kita kenal sebagai Faisal Basri (lahir di Bandung, Jawa Barat, 6 November 1959; umur 52 tahun) adalah ekonom dan politikus asal Indonesia. Basri merupakan nama ayah beliau (Hasan Basri Batubara) yang ia lekatkan kepada dirinya sebagai salah satu bentuk penghargaan kepada ayahnya. Pria berdarah Batak ini juga merupakan salah seorang keponakan dari mendiang Wakil Presiden RI Adam Malik.
Ia juga ikut menjadi salah satu pendiri Mara (Majelis Amanah Rakyat) (yang merupakan cikal bakal Partai Amanat Nasional) dan beberapa organisasi nirlaba seperti Yayasan Harkat Bangsa, Global Rescue Network, dan Yayasan Pencerahan Indonesia.Sejak tahun 2000, Faisal juga diangkat menjadi anggota Komisi Pengawasan Persaingan Usaha (KPPU)
Pada Oktober 2011, Faisal Basri menggandeng Biem Benyamin, putra tokoh legendaris Betawi Benyamin Sueb maju mencalonkan diri sebagai calon Gubernur DKI Jakarta dari jalur independen.
Pendidikan
Sarjana Ekonomi, Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia (FEUI) (1985)
Master of Arts (M.A.) dalam bidang ekonomi, Vanderbilt University, Nashville, Tennessee, Amerika (1988)
Biem Benjamin adalah anak ketiga Benyamin Sueb, sehingga tidak mengherankan jika kemudian, ia meneruskan apa yang telah diperjuangkan oleh mendiang ayahnya. Bapak dari dua anak tersebut, adalah tokoh muda asli Betawi yang tak pernah lelah merawat serta memperjuangkan budaya Betawi agar bisa lebih maju.” Saat ini budaya Betawi makin terpinggirkan, karena itu, perlu dijaga dan dimajukan,” ujarnya dengan nada prihatin.
Rekam jejak dalam memajukan budaya Betawi nyaris tak bisa ada yang menyangkal. Bagaimana tidak, selain sebagai anak seniman Betawi, ia gigih memperjuangkan budaya lokal Betawi secara serius dan konsisten. Sebut saja, pada tahun 2003, ia menggagas Kongres Rakyat Betawi (KRB) yang diikuti oleh seluruh ormas Badan Musyawarah Betawi. Salah satu tujuan diadakan agenda tersebut ialah agar bagaimana Undang-Undang mengakomodir budaya Betawi. Ketika menjadi anggota Dewan Perwakilan Daerah, juga menjadi Ketua Panitia Khusus Rencana Perubahan Undang-Undang Nomor.34 Tahun 1999 tentang Pemerintah Propinsi Daerah Khusus Ibukota Negara Republik Indonesia.
Sepak terjangnya selama inilah yang kemudian menjadikan tokoh Betawi. Lelaki kelahiran 13 Maret 1964 ini, memang dikenal sebagai budayawan yang mewarisi nilai-nilai budaya mendiang ayahnya. Benyamin Sueb, adalah tauladan yang menjadi sumber referensi Biem Benjamin dalam merawat dan memajukan budaya Betawi, ditengah gencarnya budaya asing yang terus-menerus menggerus budaya lokal. Karena persoalan itulah, ia kemudian maju mendampingi Faisal Basri sebagai calon wakil gubernur melalui jalur independen agar budaya Betawi dapat ‘berdaya bareng-bareng’, sekaligus dapat diproteksi melalui kebijakan.
2. Hendardji Soepandji dan A Riza Patria (Independen)
Mayjen TNI (Purn.) Drs.Hendardji Soepandji,S.H adalah Komandan Pusat Polisi Militer periode 2006-2007. Ia digantikan oleh Mayjen TNI Subagdja Djiwapradja.Terakhir menjabat Aspam Kasad. Merupakan lulusan AKABRI tahun 1974. Ia satu angkatan dengan 2 Danpuspom sebelumnya, yaitu Mayjen TNI (Purn) Sulaiman.A.B dan Mayjen TNI Ruchjan. Ia juga satu angkatan dengan Letjen TNI (Purn) Prabowo Subianto.
Hendardji Soepandji dikenal sebagai tentara yang lurus dan jujur. Pengabdian yang berdedikasi telah dibuktikan lulusan AKABRI 1974 ini, hingga dipercaya menjadi Komandan Pusat Polisi Militer (Danpuspom) di tahun 2006 juga Asisten Pengamanan Kepala Staf Angkatan Darat pada 2008. Mayor Jenderal TNI Purnawirawan ini juga dikenal sebagai Ketua Umum Organisasi induk karate se-Indonesia, (FORKI) yang pada Seagames terakhir mengukir prestasi luar bisa dengan menyumbangkan medali emas terbanyak bagi Indonesia. Atas prestasi inilah, Hendardji dianugerahi penghargaan Pembina Olahraga Terbaik sepanjang tahun 2011. Selain memimpin militer dan masyarakat olahraga, Hendardji juga dipercaya memimpin beberapa perusahaan milik negara maupun swasta. Sebagai mantan Dirut Pusat Pengelola Komplek Kemayoran, Hendardji juga menjadi Komisaris Independen di PT. Cahaya Kalbar, Tbk (Wilmar International Group).
Dilahirkan di Semarang pada 10 Februari 1952, cucu dari almarhum dr. Roestamadji (Semarang) ini adalah putra ke-4 dari 6 bersaudara dari pasangan Brigjen dr. Soepandji (alm) dan Roesmiati (Magelang). Mereka adalah Dokter Hendarto Soepandji (Dosen di Undip Semarang), Hendarman Soepandji, SH (Mantan Jaksa Agung RI), Dr. (Cand) Hendarti Permono (Dosen Universitas YAI), Mayjen TNI (Purn) Drs. H. Hendardji Soepandji, SH, Prof. Dr. Ir. Budi Susilo Soepandji (Gubernur Lemhanas) dan Ir. Bambang Tri Sasongko Soepandji (Pengusaha). Hendardji yang menikahi Dokter Ratna Rosita, MPHM, Sekjen Kementerian Kesehatan RI, telah dikaruniai dua orang putra bernama, Adit dan Ica.
Bang A Riza begitu banyak orang menyapa Ir A Riza Patria, MBA, selama ini dikenal sebagai tokoh pemuda. Pria kelahiran Banjarmasin, 17 Desember 1969 silam sangat aktif di berbagai organisasi. Di KNPI, Ariza pernah tercatat sebagai Ketua DPP KNPI 2002 – 2005 dan periode 1999 – 2002. Ia juga pernah menjabat Ketua DPD KNPI Provinsi DKI Jakarta, 2002 – 2005. Pada Kongres KNPI 2008 di Bali, Ariza bertarung melawan Aziz Syamsudin (Anggota Komisi III DPR RI) dalam memperebutkan posisi Ketua Umum DPP KNPI. Sebelumnya, pada Kongres KNPI di Bekasi 2002, Ariza juga sempat bertarung pada putaran kedua, melawan Idrus Marham yang kini menjabat sebagai Sekjend Golkar.
Selain KNPI, pria yang menamatkan S1 nya di ISTN ini, banyak berkecimpung di organisasi lain. Sampai saat ini, Ariza masih tercatat sebagai Ketua Umum DPN Garda Muda Merah Putih (GMMP), dan Komandan Nasional Menwa Indonesia. Pria supel ini juga pernah tercatat sebagai pengurus DPP GEMA MKGR, Wasekjend KAHMI DKI Jakarta, Wakil Kepala Humas PBSI, Director IRInYI for Young MDGs (International Relationship of Indonesian Youth Institute for Young Millenium Development Goals), Sekjend DPP Persatuan Anak Guru Indonesia (PAGI), Anggota Indonesian Council of World Affair (ICWA), dan berbagai organisasi lainnya. Bakatnya di organisasi memang terlihat sejak sekolah. Mantan anggota KPU DKI Jakarta ini pernah menjadi Ketua OSIS SMA Islam Al-AZHAR Jakarta, tempatnya sekolah dulu.
Di sela kesibukannya sebagai aktifis, putra Ketua MUI, Drs. H. Amidhan ini ternyata juga menggeluti dunia bisnis. Background keilmuannya sebagai insinyur di kembangkannya dalam dunia bisnis. Direktur Utama PT. Gala Ariatama tersebut, saat ini juga tercatat sebagai pengurus KADIN Indonesia dan sempat menjadi pengurus BPD HIPMI Jaya 2001 – 2003.
Pria yang menamatkan studi magister nya di ITB Bandung ini tercatat sebagai Deklarator Ormas Nasional Demokrat DKI Jakarta, dan kini aktif di Partai Gerakan Indonesia Raya, sebagai salah satu Ketua DPP dan anggota Badan Seleksi Organisasi Partai Gerindra.
Kini Ir. A Riza Patria, MBA mendampingi Mayjen TNI (Purn) Hendarji Soepandji sebagai kandidat Wakil Gubenrnur DKI Jakarta pada pemilihan Gubenrnur dan Wakil Gubenrnur yang akan dilangsungkan pada Juli 2012. Bang A Riza akan menjadi Kandidat TOP setelah lolos sebagai calon Wakil Gubenrnur DKI Jakarta, dan PASTI TOP ketika memenangkan pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur DKI Jakarta 2012-2017.
3. Fauzi Bowo dan Nachrowi Ramli (Partai Demokrat)
Dr.-Ing. H. Fauzi Bowo (lahir di Jakarta, 10 April 1948; umur 63 tahun) adalah Gubernur Jakarta Periode 2007 - 2012 setelah sebelumnya menjadi Wakil Gubernur Jakarta. Pada pilkada DKI Jakarta 2007, Fauzi Bowo bersama Prijanto sebagai wakilnya mengungguli pasangan Adang Daradjatun dan Dani Anwar.
Riwayat hidup
Putra pasangan Djohari Bowo dan Nuraini binti Abdul Manaf ini menamatkan pendidikan tingkat sekolah dasar di SD St. Bellarminus. Kemudian beliau melanjutkan jenjang pendidikan tingkat menengah dan atas di Kolese Kanisius Jakarta. Setelah menamatkan pendidikan SMA, beliau mengambil studi Arsitektur bidang Perencanaan Kota dan Wilayah dari Technische Universität Braunschweig Jerman dan tamat 1976 sebagai Diplom-Ingenieur. Program Doktor-Ingenieur dari Technische Universität Kaiserslautern bidang perencanaan diselesaikannya pada tahun 2000.
Fauzi Bowo memulai kariernya dengan mengajar di Fakultas Teknik UI. Ia bekerja sebagai pegawai negeri sejak tahun 1977. Beberapa posisi yang pernah dijabatnya antara lain adalah sebagai Kepala Biro Protokol dan Hubungan Internasional dan Kepala Dinas Pariwisata DKI Jakarta.
Sebagai birokrat, Fauzi telah menempuh Sepadya (1987), Sespanas (1989), dan Lemhannas KSA VIII (2000). Ia adalah wakil gubernur Jakarta di masa kepemimpinan Gubernur Sutiyoso.
Fauzi Bowo menikah dengan Hj. Sri Hartati pada tanggal 10 April 1974. Hj. Sri Hartati adalah putri dari Sudjono Humardani, kelahiran Semarang, 29 Agustus 1953. Dari pernikahan ini, pasangan Fauzi Bowo dan Sri Hartati dikaruniai 3 orang anak: Humar Ambiya (Tanggal lahir: 20 Juli 1976, Esti Amanda (Tanggal lahir: 5 April 1979) dan Dyah Namira (Tanggal lahir: 1 Februari 1983).
Mayor Jenderal (Purn) H. Nachrowi Ramli, lahir di Jakarta, 12 Juli 1951, adalah Ketua Dewan Pimpinan Daerah Partai Demokrat DKI Jakarta. Ia menghabiskan sebagian besar hidupnya di dunia militer dan intelijen, khususnya bidang telik sandi.
Pria yang akrab dipanggil Nara ini adalah satu dari sedikit putra Betawi yang berhasil menjadi Jenderal TNI AD dan perwira teknik elektro. Di Akademi Militer (Akmil), Nara teman satu angkatan dengan Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) dan lulus tahun 1973. Setelah itu, Nara berkarier di dunia intelijen sejak tahun 1974 hingga menjadi Kepala Lembaga Sandi Negara Republik Indonesia tahun 2002 – 2008.
Putra Betawi ini lahir dan besar di kawasan Kramat Sentiong, Jakarta Pusat. Komitmen Nara terhadap perkembangan masyarakat dan budaya Betawi ditunjukkan dengan kegemarannya mendalami silat Betawi serta kiprahnya sebagai Ketua Umum Badan Musyawarah Masyarakat Betawi (Bamus Betawi) dan Ketua Dewan Penasehat Forum Komunikasi Anak Betawi (Forkabi).
Selesai mengabdi di militer dan Lembaga Sandi Negara, Nara kemudian berkiprah di dunia politik sebagai Ketua DPD Partai Demokrat DKI Jakarta. Terpilih secara aklamasi dalam Musyawarah Daerah pada bulan November 2010. Nara berhasil melakukan konsolidasi dan menegakkan disiplin bagi para kader partai. Partai Demokrat adalah partai pemenang Pemilihan Umum 2009. Di DKI Jakarta, Partai Demokrat mendapatkan 32 kursi di Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) DKI Jakarta.
4. Joko Widodo dan Basuki Tjahja Purnama (PDI Perjuangan)
Ir. Joko Widodo (lahir di Surakarta, 21 Juni 1961; umur 50 tahun), lebih dikenal dengan nama julukan JokoWi, adalah walikota Kota Surakarta (Solo) untuk dua kali masa bakti 2005-2015. Wakil walikotanya adalah F.X. Hadi Rudyatmo. Ia dicalonkan oleh PDI-P.
Jokowi meraih gelar insinyur dari Fakultas Kehutanan UGM pada tahun 1985. Ketika mencalonkan diri sebagai walikota, banyak yang meragukan kemampuan pria yang berprofesi sebagai pedagang mebel rumah dan taman ini; bahkan hingga saat ia terpilih. Namun setahun setelah ia memimpin, banyak gebrakan progresif dilakukan olehnya. Ia banyak mengambil contoh pengembangan kota-kota di Eropa yang sering ia kunjungi dalam rangka perjalanan bisnisnya.
Di bawah kepemimpinannya, Solo mengalami perubahan yang pesat. Branding untuk kota Solo dilakukan dengan menyetujui slogan Kota Solo yaitu "Solo: The Spirit of Java". Langkah yang dilakukannya cukup progresif untuk ukuran kota-kota di Jawa: ia mampu merelokasi pedagang barang bekas di Taman Banjarsari hampir tanpa gejolak untuk merevitalisasi fungsi lahan hijau terbuka, memberi syarat pada investor untuk mau memikirkan kepentingan publik, melakukan komunikasi langsung rutin dan terbuka (disiarkan oleh televisi lokal) dengan masyarakat. Taman Balekambang, yang terlantar semenjak ditinggalkan oleh pengelolanya, dijadikannya taman. Jokowi juga tak segan menampik investor yang tidak setuju dengan prinsip kepemimpinannya. Sebagai tindak lanjut branding ia mengajukan Surakarta untuk menjadi anggota Organisasi Kota-kota Warisan Dunia dan diterima pada tahun 2006. Langkahnya berlanjut dengan keberhasilan Surakarta menjadi tuan rumah Konferensi organisasi tersebut pada bulan Oktober 2008 ini. Pada tahun 2007 Surakarta juga telah menjadi tuan rumah Festival Musik Dunia (FMD) yang diadakan di kompleks Benteng Vastenburg yang terancam digusur untuk dijadikan pusat bisnis dan perbelanjaan. FMD pada tahun 2008 diselenggarakan di komplek Istana Mangkunegaran.
Oleh Majalah Tempo, Joko Widodo terpilih menjadi salah satu dari "10 Tokoh 2008". Ia pun akan mencalonkan diri sebagai Gubernur DKI Jakarta pada tahun 2012 dengan Basuki Tjahaja Purnama, mantan bupati Kabupaten Belitung Timur.
Ir. Basuki Tjahaja Purnama, M.M. (lahir di Manggar, Belitung Timur, 29 Juni 1966; umur 45 tahun) adalah anggota komisi II, Dewan Perwakilan Rakyat periode 2009-2014 dari Partai Golkar.[1] Sebelumnya, Ia menjabat sebagai Bupati Belitung Timur periode 2005-2010. Ia merupakan etnis Tionghoa pertama yang menjadi Bupati Kabupaten Belitung Timur. Ahok, demikian ia biasa disapa, memang dikenal memiliki keinginan kuat dan kepedulian besar terhadap kesejahteraan rakyat. Masyarakat di provinsi Bangka-Belitung menyapa putra pertama dari Alm. Indra Tjahaja Purnama (Zhong Kim Nam) dan Buniarti Ningsing (Bun Nen Caw) dengan panggilan "Koh Ahok".
Semangat nasionalisme warga negara Indonesia keturunan Tionghoa (berdialek Hakka/Kejia) ini bertumbuh seiring didikan keluarga yang ditanamkan sejak kecil. Teman-teman terdekatnya menjulukinya "minoritas ganda”. Sebagian waktunya banyak difokuskan untuk membela kepentingan rakyat. Pria beragama Kristen Protestan yang memiliki nama Tionghoa, Zhong Wan Xie ini memiliki seorang istri bernama Veronica ST (kelahiran Medan, Sumatera Utara, 6 September tahun 1977) dan dikaruniai 3 orang putra-putri bernama Nicholas (1998), Nathania (2001) dan Daud Albeenner (2006).
Karier, sosial, dan politik
Sukses menjadi pengusaha, tak membuat Ahok puas akan kariernya. Pada tahun 2004 ia tertarik terjun ke dunia politik dan bergabung di bawah bendera Partai PIB sebagai ketua DPC Partai PIB Kabupaten Belitung Timur. Pada pemilu 2004 ia mencalonkan diri sebagai anggota legislatif dan terpilih menjadi anggota DPRD Kabupaten Belitung Timur periode 2004-2009. Masuknya Ahok ke dunia politik didasari oleh pesan sang ayah (Zhong Kim Nam) yang pernah berkata “Kamu cocoknya jadi pejabat. Karena pengusaha mau pikirkan rakyat banyak, itu tidak mungkin,” demikian pesan ayahnya. Ahok lalu mengikuti saran ayahnya, ia pun kemudian masuk DPRD melalui Partai Perhimpunan Indonesia Baru (PPIB). PPIB adalah partai politik yang didirikan oleh Alm. Sjahrir.
Pada Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) Kabupaten Belitung Timur Tahun 2005, Basuki berpasangan dengan Khairul Effendi, BSc dari Partai Nasionalis Banteng Kemerdekaan (PNBK) ikut sebagai calon Bupati-Wakil Bupati Belitung Timur periode 2005-2010. Dengan mengantongi suara 37,13 persen pasangan ini terpilih menjadi Bupati dan Wakil Bupati Kabupaten Belitung Timur definitif pertama.
Data hasil pilkada menggambarkan, pasangan Basuki-Khairul unggul di Kabupaten Belitung Timur yang menjadi lumbung suara Partai Bulan Bintang (PBB) pada pemilu legislatif tahun 2004 lalu. Bahkan, di Manggar-ibukota Kabupaten Belitung Timur, pasangan yang diajukan PBB juga dikalahkan Basuki-Khairul. Padahal, Manggar kampung halaman mantan Ketua Umum DPP PBB Yusril Ihza Mahendra, yang menjadi basis utama PBB saat itu. Hanya dalam waktu sekitar dua tahun, aspirasi masyarakat di daerah yang banyak dihuni kelompok Melayu-Muslim itu beralih drastis.
Di pilkada Gubernur Babel tahun 2007, Ahok mengambil bagian menjadi kandidat calon Gubernur. Mantan Presiden KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur) mendukung Basuki T. Purnama (Ahok) menjadi Gubernur Bangka Belitung dan ikut berkampanye untuknya.
Ketika tampil menyampaikan orasinya, Gus Dur yang tampil sekitar 15 menit itu menilai Ahok cukup tepat memimpin Provinsi Kepulauan Bangka Belitung. Menurut Gus Dur, cagub keturunan etnis Tionghoa itu memiliki program strategis yang cukup bagus dengan membebaskan biaya pendidikan dan kesehatan, jika ia terpilih menjadi gubernur Bangka Belitung. Masalah pendidikan dan kesehatan sangat penting dalam mencapai tujuan pembangunan. "Ahok sudah melaksanakan program terbaik ketika memimpin Kabupaten Belitung Timur dengan membebaskan biaya kesehatan kepada seluruh warganya," ujar Gus Dur.
Ahok di nobatkan sebagai Tokoh Anti Korupsi dari unsur penyelenggara Negara. Ahok dinilai berhasil menekan semangat korupsi pejabat pemerintah daerah. Ini ditandai dengan penyelenggaraan pelayanan kesehatan dan pendidikan gratis bagi masyarakat Belitung Timur. Ahok mengalihkan tunjangan bagi pejabat pemerintah untuk kepentingan rakyat. Gerakan Tiga Pilar Kemitraan adalah kemitraan antara unsur pemerintah, dunia usaha dan masyarakat madani. Gerakan ini berdiri sejak tahun 2002 yang memiliki tujuan memberantas korupsi di Indonesia. Gerakan Tiga Pilar memiliki slogan "Bersih, Transparan dan Profesional" (BTP).
Kejujuran dan ketulusannya dalam mengabdikan diri untuk kesejahteraan rakyat dan Republik Indonesia juga menghantarkan Ahok menjadi salah seorang dari 10 tokoh yang mengubah Indonesia oleh Tempo.
5. Alex Nurdin dan Nano Sampono (Partai Golkar)
Alex Noerdin (lahir di Palembang, Sumatera Selatan, 9 September 1950; umur 61 tahun) adalah Gubernur Sumatera Selatan sejak 7 November 2008. Sebelumnya ia menjabat Bupati Musi Banyuasin selama 2 periode berturut-turut (2001-2006 dan 2007-2012). Pada tanggal 14 Juni 2008, dalam periode kedua masa jabatannya, ia mengundurkan diri terkait dengan pencalonan dirinya sebagai Gubernur Sumatera Sumatera Selatan dalam Pilkada Sumatera Selatan periode 2008-2013.[1]
Berdasarkan riwayat pendidikannya, pria peraih dua gelar sarjana (S1) yakni masing-masing dari Universitas Triksakti (1980) dan Universitas Atmajaya (1981) ini, tergolong sebagai sosok yang sukses dalam mengenyam pendidikan. Bahkan memiliki motivasi belajar yang tinggi meski harus menimba ilmu hingga ke luar negeri.
Tercatat, dirinya pernah mengikuti International Training Course in Regional Development Planning, United Nations Centre for Regional Development (UNCRD) Nagoya, Japan (1985); Post Graduate Diploma: Integrated Development Management Institute for Housing Studies, Roterdam Netherlands (1987-1988); Program of the United Housing Urbanization, Harvard University, Cambridge (1992); International Training Course in Integrated Urban Policy United Nations Population Fund (UNFP) Kobe, Japan (1996).
Di bidang organisasi, sejak dulu hingga sekarang, sosok yang kini tengah menjabat Ketua Forum Komunikasi Daerah Penghasil Migas/FKDPM (2006-2009) ini terkenal sebagai figur yang sangat aktif dan sukses dalam memimpin berbagai jenis organisasi. Baik organisasi kepemudaan/kemasyarakatan, organisasi keolahragaan, maupun organisasi politik.
Pada organisasi kepemudaan/kemasyarakatan, tokoh masyarakat ini pernah dan atau tengah menjabat Ketua DPC Pemuda Panca Marga Kodya Palembang (1981), Ketua DPD Pemuda Panca Marga Propinsi Sumatera Selatan (1987), Wakil Sekretaris Jenderal DPP Pemuda Panca Marga (1991), Wakil Sekretaris Jenderal DPP Patriot Panca Marga (2002-sekarang), dan Ketua DPD Patriot Panca Marga Propinsi Sumatera Selatan (2007-2012). Selanjutnya, dirinya juga sangat aktif dan sukses memimpin berbagai organisasi cabang olahraga mulai dari karate-do, judo, menembak, billiyard, renang, catur, bola basket, hingga sepak bola. Beberapa jabatan strategis berhasil diraihnya, di antaranya adalah Ketua DPD INKAI Sumatera Selatan 91993-1995), Wakil Ketua POSSI (1997-sekarang), Wakil Ketua PB PRSI (2005-sekarang), Ketua Bidang Dana PB PABSI (2006-2011), Ketum Perbakin Sumatera Selatan (2006-2010).
Sementara dalam organisasi politik, sebelum diamanahi sebagai Ketua DPD Partai Golkar Propinsi Sumatera Selatan (2004-2009), dirinya pernah menjadi Juru Kampanye dan Pengajar Karakterdes Golkar Kodya Palembang (1982) dan Wakil Sekretaris DPD Golkar Kodya Palembang (1988).
Bahkan, karena dinilai berhasil menjalankan amanah sebagai Bupati dalam memajukan dan mensejahterahkan masyarakat Musi Banyusin, melalui Pilkada Langsung tahun 2006, Beliau kembali terpilih sebagai Bupati untuk memimpin dan melanjutkan pembangunan di Kabupaten Musi Banyuasin untuk periode tahun 2007-2012.
Bukti kongkrit keberhasilan kepemimpinan sebagai Kepala Daerah terlihat dari banyaknya penghargaan dan tanda jasa yang diterima dari pemerintah pusat, lembaga independen, dan masyarakat dalam sektor pemerintahan, organisasi, sosial dan budaya.
Nama: Nono Sampono, S.Pi, M.Si.
Pangkat : Letnan Jenderal Marinir
Tanggal Lahir : 1 Maret 1953
Agama : Islam
Isteri : Norma Riana
Anak :
Agustini Moerdiana
Taufik Bagus Moerdianto
Sheila Destaria Moerdianti
KARIR
Danton s/d Danyon Marinir
Dan Den Jalamangkara TNI AL (ANTI TEROR MARINIR/TNI AL)
Berbagai Jabatan di Marinir TNI AL
Wadan Paspampres
Komandan Paspampres
Gubernur Akademi Angkatan Laut
Inspektur Jenderal TNI AL
Komandan Korps Marinir
Komandan Jenderal Akademi TNI
Kepala Badan SAR Nasional
PENDIDIKAN MILTER
AAL th 1976
Berbagai Pedidikan Spesialisasi Susstafpur TNI AD th 1986
OJT Anti Teror ARMY KORSEL th 1991
PASOC – Hawaii USA th 1992
Seskoal th 1993
sesko TNI th 1996
Lemhanas th 2004
6. Hidayat Nur Wahid - Didik J. Rachbini (Partai Keadilan Sejahtera)
Dr. Haji Muhammad Hidayat Nur Wahid, M.A. (lahir di Klaten, Jawa Tengah, 8 April 1960; umur 51 tahun) adalah Ketua MPR RI untuk periode 2004-2009 dan Presiden Partai Keadilan Sejahtera dari 21 Mei 2000 hingga 11 Oktober 2004.
Hidayat Nur Wahid menjadi Ketua MPR RI periode 2004-2009 setelah mengalahkan saingannya, Sucipto dengan selisih dua angka yang diusung Koalisi Kebangsaan.
Dari pernikahannya dengan Almarhum Hj. Kastian Indriawati, Hidayat mempunyai empat anak: Inayatu Dzil Izzati, Ruzaina, Alla Khairi, dan Hubaib Shidiqi. Setelah istri pertamanya tersebut wafat, Hidayat Nur Wahid menikahi seorang janda dr. Diana Abbas Thalib pada tanggal 11 Mei 2008 di TMII.
Pendidikan
SDN Kebondalem Kidul I, Prambanan Klaten, 1972
Pondok Pesantren Wali Songo, Ngabar Ponorogo, 1973
Pondok Modern Darussalam Gontor, Ponorogo, 1978
IAIN Sunan Kalijogo, Yogyakarta ( Fakultas Syari'ah), 1979
Fakultas Dakwah & Ushuluddin Universitas Islam Madinah Arab Saudi, 1983
Judul Skripsi Mauqif Al-Yahud Min Islam Al Anshar
Program Pasca Sarjana Universitas Islam Madinah Arab Saudi, jurusan Aqidah, 1987
Judul Skripsi Al Bathiniyyaun Fi Indonesia,Ardh wa Dirosah
Program Doktor Pasca Sarjana Universitas Islam Medina, Arab Saudi, Fakultas Dakwah & Ushuludiin, Jurusan Aqidah, 1992
Judul Disertasi Nawayidh lir Rawafidh Lil Barzanji, Tahqiq wa Dirosah
Organisasi
Anggota PII (Pelajar Islam Indonesia), 1973
Andalan Koordinator Pramuka Gontor bidang kesekretariatan, 1977-1978
Training HMI IAIN Yogyakarta, 1979
Sekretaris MIP PPI Madinah, Arab Saudi, 1981-1983
Ketua PPI Arab Saudi, 1983-1985
Peneliti LKFKH (Lembaga Kajian Fiqh dan Hukum) Al Khairot
Anggota Pengurus badan Wakaf Pondok Modern Gontor, 1999
Anggota DPR RI Periode 2009 - 2014
Prof. Dr. Didik Junaidi Rachbini (lahir di Pamekasan, Jawa Timur, 2 September 1960; umur 51 tahun) adalah seorang tokoh Partai Amanat Nasional yang sekarang menjabat sebagai anggota DPR RI untuk masa bakti 2004-2009.
Biodata
Propinsi Asal: Jawa Timur
Agama: Islam
Istri: Dr Ir Yuli Retnani
Anak: Eisha Maghfiruha Rachbini; Fitri Nurinsani Rachbini; Imam Maulana Rachbini
Pendidikan
S1 IPB (1983)
S2 Msc. Central Luzon State University Filipina (1988)
S3 Ph.D Central Luzon State University Filipina (1991)
Pengalaman Organisasi
Ketua HMI Cabang Bogor (1982-1983)
Ketua Pengurus besar HMI (1984-1985)
Pengurus Pusat ICMI (1995-2000)
Pengurus Pusat HA IPB (1998-2003)
Pengurus Pusat PERHEPI (1997-2001)
Anggota ISEI (1990-sekarang)
Anggota KKPU (1999-2003)
1 comments for post:
Jakarta, Aktual.com – Badan Musyawarah (Bamus) Masyarakat Betawi bakal gelar konsolidasi jelang Pemilu Kepala Daerah (Pilkada) DKI tahun 2017.
Konsolidasi dilakukan untuk mencegah pecahnya suara dukungan terhadap calon gubernur dan wakil gubernur dari warga Betawi.
Ketua Forum Pemuda Betawi (FBB) Rachmat HS mengakui, untuk Pilkada DKI 2017 nanti akan banyak nama tokoh Betawi yang muncul. Seperti Nachrowi Ramli (Demokrat) dan Abraham Lunggana (Lulung) dari PPP.
“Dua nama itu sebagai tentunya akan dicalonkan dari partainya masing-masing,” kata Rachmat, saat dihubungi Aktual.com, Senin (3/8).
Bamus Akan Konsolidasi Kerucutkan Tokoh Betawi di Pilkada Melawan Ahok
Posting Komentar